Thursday, January 20, 2005

Thank you, for nothing

Open letter from 17 years old Nofa Khadduri - an Iraqi girl - to President Bush

Thank you, for nothing.
So, Mr. President, you said what? “There are no weapons of mass destruction in Iraq”?
Huh? Funny thing you decided to mention that now.
It took you how long to admit this? Too long.
This confession of a big lie that you and your government bestowed upon us, the people, and the rest of the world came a little too late.
If you had told us this earlier, perhaps over a 1, 500 American soldiers would still be alive.
Perhaps that many young Americans would not have had to give up their lives and defend their country for a false cause.
If you, Mr. President, had told us this earlier, there would not be so many ash burned neighborhoods in Iraq. Cities in Iraq would not reek of death from your bombs.
There would not be so many wives, husbands, mothers, fathers, sisters, brothers and children crying for their beloved ones.
There might have been a few that cried under the old regime, it is true. But, you, you made that number multiply by so many; even count lost its place.
But you don’t care. You didn’t have to count the dead or collect their bodies, or even search through the rubble for someone that you might love.
Maybe, if you had remembered to mention that Iraq had no weapons of mass destruction since I don’t know, let’s say 1991, when you found out that Iraq had no capability of producing such ugly weapons; the world would be a safer place.
But no, you decided to keep that little secret to yourself.
You decided to sit back and watch as Iraq tumbles and the souls of the dead rise. You sat back and watched as your own people gave up their lives, for a country – whose reputation, you have tainted.
So, thank you. Thank you for being so considerate. Thank you for the partial truth you have given us, and for all the pain and ache you caused Iraqis all around the world. Not to mention the pain and the efforts of the nations around the world that tried to help us, but which you shut down and ignored over and over again.
Please, don’t take this personally, but in all honesty, if you are asking us “Isn’t the world a safer place without Saddam?” think again, because you have got the wrong person Mr. President.
The world would be safer without you too, and the likes of you.
PS :
The new equation: September 11th + x (where x = whatever we say) = SHUT UP

Penetapan tanggal 10 zulhijjah 1425H

Perbedaan pendapat (termasuk dalam hal penetapan tanggal 10 zulhijjah) sebenarnya bukan hanya di indo, tapi di malaysia juga begitu:
=================================================
Hari Raya Haji on Jan 21
KUALA LUMPUR: The Keeper of the Rulers’ Seal Engku Tan Sri Ibrahim Engku Ngah declared that the first day of the Muslim month of Zulhijah, 1425, falls on Jan 12.
As such, Hari Raya Aidiladha (10 Zulhijah) for all states in Malaysia will be celebrated on Jan 21.
The announcement, broadcast by Radio Television Malaysia (RTM) last night, was consented to by Yang di-Pertuan Agong Tuanku Syed Sirajuddin Syed Putra Jamalullail. — Bernama
=================================================
Sederhana saja, kebanyakan ulama berpengaruh di asia tenggara cenderung menggunakan hasil perhitungan rukyat dalam penentuan tanggal hari raya – independen terhadap apa pun yang terjadi di arab saudi. Pemerintah lokal pun berkooperatif dengan kecenderungan ini. Namun sebagaimana di indonesia, warga malaysia tentu banyak pula yang sholat idul adha-nya hari ini.
Terlepas dari kecenderungan pemahaman fiqh, sebenarnya ada masalah lain: arus informasi dan persuasi. Mereka yang ingin menyatukan umat Islam di dunia pada ketetapan otoritas di haramain, belum mampu tuh secara efektif menyampaikan informasi yang mereka miliki ke seluruh warga muslim. Persuasinya juga tidak terstruktur dengan baik. Jika masyarakat dihadapkan pada dua pilihan seperti ini, tak peduli siapa pun pemerintahnya, tentu mereka akan memilih yang paling jelas informasinya dan paling nyaman di hati bukan? Tebak saja sendiri, apa yang akan lebih banyak dipilih..
Yang jelas ini bukan masalah di Indonesia “saja”. Ini masalah internasional. Kata orang, “think globally, act locally”. Bagi yang sudah mengerti, berbuatlah seperti apa yang dipahami. Jangan pula ada yang saling menyalahkan tanpa terpikir untuk menyalahkan diri sendiri,

The level of incompetence principle

Buat anda-anda yang berencana atau sedang siap-siap naik dari level staf ke level manajer, hmm… ada teori yang menarik nih. Teorinya mengatakan bahwa dalam suatu hirarkhi, seseorang cenderung untuk naik ke level of incompetence atau suatu tingkatan dimana dia akan mendapati bahwa kemampuan yang dimilikinya saat ini menjadi terasa k-u-r-a-n-g. Masalahnya, misal kita sekarang sedang di puncak performa, atasan kita menganggap kemampuan kita ekselen dan kontribusi kita luar biasa, hmmm. Lalu sudah pasti donk kita dapet reward, dan reward-nya ternyata kita dipromosiin ke posisi eksekutif. Pertanyaannya, akankah promosi itu kita terima? Apakah level manajerial tepat untuk kita? Ataukah kita termasuk golongan yang cenderung seperti teori diatas? Pertimbangkan ini:
Ada yang bilang, ketika kita naik ke posisi yang lebih tinggi, maka kemampuan komunikasi kita harus ditingkatkan pula. Artinya, kita harus lebih pandai dalam berkomunikasi dengan orang lain yang punya beragam perbedaan. Bisa beda sudut pandang, beda kepentingan, beda tingkat kecerdasan, dan lain-lain. Ambil saja contoh seorang engineer yang biasa berkutat dengan mesin atau komputer atau obeng dan segala hal lain yang lebih banyak merupakan "benda mati". Kalaupun dia berdiskusi dengan sesama engineer, topiknya pun tidak jauh dari proyek atau problem yang sedang ditangani. Nah, ketika dia jadi manajer, dia 'terpaksa' ngobrol dengan executive management, sesama manajer, orang marketing, orang hrd, orang accounting, dll. Spektrumnya beragam. Dan kuncinya disini tetap satu: kemampuan komunikasi harus di-upgrade.
Ada pula yang bilang, ketika seseorang naik ke level manajer, maka dia harus belajar untuk mengarahkan dan bukannya bertindak. Mengenai ini, ada sebuah kasus dari seorang engineer yang ahli dalam mendesain sistem. Kemudian ketika ia diangkat menjadi manajer, ternyata dia masih tidak ingin lepas dari pekerjaannya semula sehingga menimbulkan pekerjaan rangkap yang seharusnya bisa dihindari. Bayangkan, dia mengelola pekerjaan-pekerjaan sekaligus mengerjakannya!! Seorang teman pernah mengingatkan, manajer dibayar untuk apa yang ia ketahui, bukan untuk apa yang ia kerjakan dengan tangannya sendiri.
Saya pernah baca juga di sebuah jurnal, seorang manajer yang baik dan tidak ingin sepanjang karirnya dipenuhi dengan stress harus punya skill teknis yang portabel (bisa dibawa kemana-mana). Apa sajakah? Pertama, solution-oriented. Kalau seorang staf datang ke manajernya dengan sebuah problem, sang manajer harus mampu membantu dengan solusi, atau paling tidak memahami problemnya. Kedua, double-check-and-balance. Seorang manajer harus bisa menyeimbangkan sisi teknis dengan sisi bisnis dalam kebijakan yang ia buat. Ketiga, quick study. Seorang manajer harus bisa belajar cepat, kecuali jika ia mau ketinggalan informasi; gaptek. Skill-skill portabel ini yang kadang tidak dimiliki oleh sebagian manajer.
Satu kalimat terakhir: tiap orang adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Jika pun kita tetap di posisi teknis, selama kepuasan kerja dan ehm, gaji yang diperoleh sudah sesuai, tidak perlu deh terburu-buru untuk bergeser ke posisi manajemen. Posisi manajemen bukanlah untuk semua orang, sebagaimana posisi teknis pun bukan untuk sembarang orang. Tiap orang punya kecenderungan, generalis atau spesialis, melebar atau mendalam, mengelola orang atau mengelola barang. Nikmati pekerjaan anda, jadikan bernilai ibadah, jadikan seperti permainan dan hobby yang menarik. Enjoy…!
Kita tutup dulu pembahasan mengenai manajemen, silakan diskusi, sampai ketemu lagi… Kerja! Kerja! Jangan email-emailan mlulu!

Tuesday, January 04, 2005

Prediksi pertandingan Indonesia-Malaysia nanti malam

Diperkirakan Malaysia akan berupaya keras untuk mencetak gol di awal pertandingan. Dengan demikian mereka dapat merusak kepercayaan diri para pemain Indonesia yang memang sudah ketinggalan. Selanjutnya mereka akan bermain negatif dengan lebih banyak menguasai bola di lapangan sendiri, dan menumpuk pemain di sekitar kotak penalti. Jika pun mereka gagal mencetak gol di awal, mereka akan mempertahankan pola easy football dengan kejutan-kejutan sebagaimana yang mereka perlihatkan ketika mengalahkan Thailand dan Indonesia di pertandingan pertama.
Sementara Indonesia, didorong oleh target harus mencetak kemenangan besar, akan mulai membombardir sejak menit awal. Jika Boas dan Ilham bermain bagus, Indonesia akan unggul di babak pertama. Namun jika sebaliknya, maka Indonesia akan tertekan dan pola permainan mereka akan rusak sebagaimana ketika Malaysia mencetak gol pertama dan kedua dalam pertandingan pertama di Jakarta. Dengan demikian Indonesia akan masuk kotak.
Hal yang harus dilakukan oleh pemain Indonesia adalah bermain dengan ketenangan, bola-bola pendek dan cepat dari sayap. Indonesia harus sudah unggul di babak pertama, dan pertahanan harus disiplin menjaga setiap pergerak tanpa bola para pemain Malaysia. Fifty-fifty untuk kedua tim. Berat untuk Indonesia karena bermain di kandang lawan dan beban kekalahan di leg pertama, apalagi jika mereka bermain underform seperti ketika di Senayan.

Monday, January 03, 2005

Sekilas SAP


Pendahuluan
SAP (Systeme, Andwendungen, Produkte in der Datenverarbeitung) sebagai software ERP (Enterprise Resource Planning) dengan level integrasi proses yang tinggi, telah mencapai puncak kesuksesannya dewasa ini. Dengan lebih dari 44500 instalasi, di lebih dari 17500 customer, di 120 negara (data tahun 2002), SAP telah membuktikan dirinya mampu memenuhi kebutuhan konsumen ERP di seluruh dunia.

Pada awalnya, perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil biasa memanfaatkan beragam software dari vendor yang berbeda atau mengembangkan software-nya sendiri untuk memproses transaksi bisnis mereka. Tiap perusahaan biasanya memiliki pasukan IT yang lengkap, yang menulis program aplikasi bisnisnya dari nol, atau membuat interface yang kadangkala rumit agar data dari satu aplikasi bisa sampai ke aplikasi lainnya sebagai bagian dari rantai transaksi bisnis. Proses ini tentu saja memakan banyak biaya, waktu dan rentan kekeliruan.

SAP dikirim ke customernya dalam bentuk yang standar. Di jantung SAP ada ribuan tabel yang mengatur bagaimana transaksi dijalankan. Untuk menyesuaikan setting dalam tabel-tabel tersebut agar SAP berjalan sesuai kehendak customer maka dilakukan proses yang disebut customizing. Fungsi-fungsi yang ada meliputi keseluruhan proses suatu perusahaan: Financial Accounting (misalnya General Ledger, Account Receivable, Account Payable, dll), Controlling (Product Costing, Profitability Analysis, dll), Sales, Manufacturing, Material Planning, Purchasing, Payroll, dll. Kesemuanya sedemikian terintegrasi sehingga seringkali memusingkan user atau bahkan konsultannya… namun membersitkan tantangan yang menarik.

Ada banyak alasan mengapa sebuah perusahaan akhirnya memilih SAP. Ada alasan yang bagus seperti: mengganti infrastruktur IT lama yang sudah usang dan tidak efisien, memungkinkan adanya perubahan proses bisnis bersamaan dengan implementasi SAP, maupun untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam hal akurasi dan kecepatan. Namun ada juga alasan yang “tidak bagus” seperti misalnya gengsi industri (biasanya diwakili oleh pertanyaan “mengapa hanya kita perusahaan bluechip yang tidak memiliki SAP?”).

Tulisan ini dibuat secara sederhana dan ringan, mengkombinasikan aspek-aspek manajemen proyek dengan skenario SAP yang relevan. Tidak membahas secara keseluruhan bagaimana suatu proyek dikelola karena sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang sistem, namun juga tidak membahas sistem SAP secara keseluruhan karena SAP sendiri memiliki ratusan transaksi dan template untuk berbagai skenario bisnis yang berbeda. (butuh ribuan halaman untuk membahas semua kemungkinan skenario tersebut)


Skenario Bisnis Berbasis Proyek
Berbeda dengan skenario bisnis berbasis produk (mungkin akan dibicarakan dalam kesempatan lain) yang cenderung bersifat repetitive, diskrit dan cepat berubah-ubah, jenis bisnis ini biasanya ditandai dengan:
- Produknya berupa solusi lengkap sesuai kebutuhan customer dan konfigurasinya kompleks.
- Ada banyak tim kecil atau departemen yang terlibat mengerjakan bagiannya masing-masing seperti: engineering, construction, commissioning, installation, service, dan maintenance.
- Waktu penyelesaian biasanya dalam hitungan bulan atau tahun sehingga butuh monitoring yang komprehensif baik segi teknis maupun finansial.

Contoh:

Fase Persiapan Proyek
Sebuah perusahaan kontraktor mengikuti tender pembangunan suatu pabrik pengolahan bahan kimia berteknologi tinggi. Sejak sebelum kontrak ditandatangani, sudah ada proses bisnis yang berlangsung yaitu offering/penawaran. Seorang sales officer sebagai bagian dari tim tender akan membuat Quotation di SAP, berisi rincian dari mesin/peralatan apa saja yang akan dipasang, material yang dipakai, serta jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Keseluruhan item tersebut, termasuk jumlah dan harganya, adalah paket yang ditawarkan. Ketika ada revisi terhadap penawaran tersebut, sang sales officer juga merevisi quotation di SAP.

Begitu penawaran tersebut disetujui, kontrak ditandatangani, maka proses akan berlanjut. Tim yang lebih besar akan dibentuk, lintas divisi dan lintas fungsi. Akan ada project director, project manager, project engineer, project administrator, dan sebagainya dengan perannya masing-masing. Di SAP, pembagian peran juga dapat disesuaikan dengan tugas masing-masing, yang direpresentasikan lewat otorisasi yang berbeda untuk tiap transaksi.

Untuk mengelola proyek secara integral, seorang project manager akan membuat suatu Project Template (selanjutnya akan kita sebut Project saja) di SAP. Project ini dibentuk secara terstruktur berdasarkan tanggung jawab, lokasi, divisi pelaksana, tahapan, bagian, atau pembagian lainnya. WBS (Work Breakdown Structure) adalah istilah yang dipakai luas di SAP untuk mendefinisikan hal tersebut.

Bersamaan dengan itu, quotation tadi akan dikonversi menjadi suatu sales order. Sales order adalah paket final yang akan dijual ke customer, meskipun bisa saja masih ada perubahan. Paket tadi mungkin akan dipecah-pecah lagi dalam beberapa sales order agar terlihat tidak terlalu kompleks dan lebih mudah dikontrol. Sales order ini punya keterikatan dan menjadi bagian dari Project. Setiap perubahan di project dan sales order akan termonitor di bagian Financial Controlling maupun Profitability Analysis. Ingat selalu, SAP sangat terintegrasi!

Kemudian proses kembali berlanjut, kompleksitas proyek sudah dimulai. Project manager merumuskan perencanaan baik segi teknis maupun finansial (planned cost dan planned revenue). Harus ada material atau peralatan yang didatangkan. Seringkali jasa outsourcing juga diperlukan. Semua urutan pekerjaan harus disesuaikan pula dengan jadwal ketersediaan material. SAP memiliki fungsi Work Scheduling dan Availability Check untuk membuat penjadwalan menjadi up-to-date.

Fase Eksekusi Proyek
Proyek sekarang mencapai titik dimana harus ditentukan darimanakah material maupun tenaga yang dibutuhkan akan diambil. SAP memiliki fungsi Material Requirement Planning yang sangat membantu dalam mengelola kerumitan proses procurement yang dihadapi. Tiap satuan kebutuhan material didefinisikan sebagai Reservation dan selanjutnya menjadi Planned Order.

Sebagai kontraktor yang besar mungkin perusahaan tersebut memiliki unit manufakturnya sendiri, yang memproduksi sebagian besar material yang dibutuhkan. Jika demikian, akan tiba saatnya Planned Order tadi dikonversi menjadi Production Order. Kompleksitas semakin terasa karena proses manufaktur sendiri adalah sebuah proses yang tidak kalah kompleksnya dibanding proyek diatas. Fungsi Work Scheduling dan Availability Check juga berlangsung disini, sebab proses produksi juga membutuhkan barang dan jasa entah itu bisa dipenuhi oleh unit manufaktur lainnya, atau dibeli dari perusahaan lain. Untuk menjaga agar tulisan ini tetap sederhana, mari kita cukupkan pembahasan proses manufaktur sampai disini.

Baru saja kita bicara mengenai material yang diproduksi oleh perusahaan itu sendiri. Namun seringkali kebanyakan barang dan jasa untuk kebutuhan proyek harus dipenuhi oleh perusahaan/vendor lain karena: tidak adanya unit manufaktur internal untuk produk tertentu; atau waktu pengerjaan proyek yang mendesak sehingga sulit dipenuhi secara internal. Konsekuensinya, Reservation terhadap barang atau jasa tersebut harus dikonversi menjadi Purchase Requisition di SAP.

Agar dapat digunakan untuk melakukan pembelian ke vendor lain, suatu Purchase Requisition harus menjalani proses konfirmasi dan persetujuan baik dari pihak manajemen proyek maupun departemen logistik/purchasing. Hasilnya akan dikonversi menjadi Purchase Order yang merinci apa saja yang akan dibeli, jumlah, harga, jadwal pengiriman (Delivery Date), cara pembayaran (Terms of Payment), siapa yang bertanggung jawab terhadap proses pembelian, berikut vendor yang dituju.

Dalam proses procurement ini, begitu barang diterima, petugas logistik akan mencatatnya di SAP, yang dikenal sebagai proses Goods Receipt; lalu bagian administrasi/accounting akan memproses pembayarannya (Invoice Verification). Sekali lagi ingat, SAP sangat terintegrasi, posting apapun yang tercatat di satu bagian, akan tercatat pula di bagian lain! (ngomong-ngomong, level integrasi yang tinggi ini sebenarnya juga merupakan suatu keharusan dalam kaidah akuntansi dan audit.)

Fase Finalisasi Proyek
Dalam proyek yang sesungguhnya, baik pelaksanaan maupun penyediaan material dan jasa akan selalu berjalan paralel. Proses manajemen persediaan terkait erat dengan project cost, sementara penyelesaian proyek itu sendiri akan berimplikasi pada project revenue. Biasanya si kontraktor akan dibayar oleh customernya setelah proyek dianggap selesai. Namun ketika proyek itu sangat besar dan memakan waktu yang lama, biasanya akan ada kesepakatan bahwa si customer akan membayar berdasarkan tahap-tahap tertentu (milestone) yang telah dilewati.

Proses delivery material dan jasa ke suatu proyek maupun tahapan pembayarannya, dapat menggunakan sales order sebagai referensi. Seseorang yang bertanggung jawab terhadap sales order akan mengatur Billing Plan dalam sales order tersebut sebagai referensi bagi dikeluarkannya invoice ke customer.

Begitulah seterusnya proses di SAP berjalan seiring penyelesaian proyek hingga finalisasi. Dua hal yang menonjol dalam sistem seperti SAP ini: perubahan dimungkinkan untuk terjadi, namun SAP memiliki log table sehingga apa yang berubah, kapan dan oleh siapa akan selalu dapat dimonitor; kesalahan input/posting kebanyakan tidak dimungkinkan sama sekali untuk dihapus atau diubah, namun hanya dapat di-reverse untuk kemudian dilakukan re-input/re-posting menggunakan data yang benar, dimana data yang di-reverse maupun me-reverse tidak akan hilang dari table.

Akhirnya, satu contoh diatas telah memberikan gambaran bagaimana SAP menangani kebutuhan akan pengendalian proyek secara komprehensif. Mungkin tidak cukup lengkap dan mendalam, namun apapun yang bisa ditangkap dari skenario ringkas diatas mudah-mudahan bermanfaat bagi siapapun yang sedang mempertimbangkan implementasi SAP di perusahaannya. Juga bagi siapapun yang ingin mempelajari SAP, mudah-mudahan kabut yang mengitari sistem ini akan sedikit banyak tersibak.

Prolog
SAP secara fungsional terdiri atas modul-modul, sehingga ketika seseorang ingin menjadi konsultan ia harus mengetahui dari modul mana ia akan memulai:
- Financial and Controlling: berhubungan dengan general ledger, account payable, account receivable, profit center, cost center, cost element, profitability analysis, product costing, dll.
- Project System: berhubungan dengan project structure, planning, monitoring, dll.
- Sales and Distribution: berhubungan dengan customer maintenance, sales document, outbound delivery, billing, dll.
- Production Planning: berhubungan dengan bill of material, routing, material requirement planning, demand management, shop floor controlling, dll.
- Material Management: berhubungan dengan vendor maintenance, material maintenance, purchasing, invoice verification, dll.
- modul-modul lain seperti Plant Maintenance, Customer Service, Human Resource, Quality Management, dll.

Sistem SAP sendiri secara teknis ditangani oleh:
- Basis Administration: berhubungan dengan database & server maintenance, user authorization, dll.
- ABAP Development: berhubungan dengan programming, debugging, dll.

Sunday, January 02, 2005

(tanpa judul)


Orang dewasa rata-rata bekerja 8 jam sehari. Itu berarti mereka menghabiskan sepertiga dari hari-hari mereka dalam pekerjaan (formal). Pertanyaannya, apakah sepertiga waktu yang dihabiskan per hari itu berharga bagi kemanusiaan mereka?

Orang jadi gampang terpancing emosi, tidak peduli pada orang lain, lebih suka mencari pelarian, dan mengkorupsi apa saja yang bisa dikorupsi. Pertanyaannya, kapan hal-hal itu dilakukan? Adakah hubungannya dengan pola hidup harian manusia?

Jika demikian halnya, perlukah kita menggugat cara manusia menghabiskan hari-harinya?