Friday, April 29, 2005

It’s good! But it’s too much!

Ketika bersama-sama mengerjakan sebuah project, seorang teman pernah berkata seperti ini, “It’s good! But it’s too much!”.

Apa yang mendasarinya berkata demikian? Ketika kita berkomitmen mengerjakan sesuatu, adakalanya kita mendapati bahwa apa yang diharapkan oleh client kita, apa yang kita janjikan kepada mereka, melebar hingga melewati komitmen awal. Boleh jadi awalnya mereka sepakat hanya menginginkan A, B dan C. Lalu mereka meminta tambahan D dan disepakati. Berikutnya muncul permintaan E dan kali berikutnya F, G, H pun muncul.

Bisa jadi itu adalah permintaan yang wajar dan tidak melenceng dari topik pekerjaan. Namun di lain pihak itu akan membuat fokus pekerjaan menjadi kabur. Kita sulit membedakan mana yang Business Critical, mana yang Legally Mandatory, dan mana yang hanya Nice To Have!

Kita harus tegas untuk menomorterakhirkan kebutuhan-kebutuhan Nice To Have. Prioritas harus dibuat. Ketegasan itu harus ditunjukkan pada client agar mereka pun mamahami prioritas tersebut. Tanpa FOKUS, target tak akan tercapai. Jadi, bersiaplah untuk berkata tidak!

Ten IT Manager Skills

A self-starter attitude

Semua bos menginginkan staf yang dapat mengambil inisiatif dan mau melakukan apapun pekerjaan yang bagus. Sikap proaktif adalah sebuah keunggulan sejauh itu konsisten dengan misi yang dijalankan.

Adaptability to change

Dunia berubah secara konstan dan siapa yang mampu beradaptasi cenderung dapat memperoleh pencapaian lebih. Semua bos membutuhkan staf yang dapat mengadaptasi perubahan dan mempertahankan produktfitas walau di tengah ketidakpastian.

Appreciation for good customer service

Semua orang yang memahami arti pentingnya pelayanan klien mengetahui bahwa klien, atau user, adalah semua alasan yang mendasari karir di bidang IT. Merka juga mengetahui bagaimana mengambil langkah cepat dan efektif ketika menghadapi isu-isu yang dapat menyebabkan downtime dan hilangnya produktifitas.

Team player

Terlalu banyak teknisi hebat tak berharga bagi suatu organisasi ketika mereka tidak dapat bekerja secara efektif dalam lingkup tim. Kemampuan bekerja dengan baik dalam suatu tim campuran antara staf IT dan user merupakan aset tak ternilai.

Proven commitment

Semua bos menginginkan orang yang dia kenal sebagai stafnya akan bergerak jauh ke depan ketika harus menangani masalah – mereka yang akan melakukan apa yang diperlukan untuk mencapai sukses secara individual maupun sebagai tim. True performers come through under pressure.

A strong desire to achieve

Sulit mengajari orang untuk mencapai kesuksesan jika diri mereka sendiri memang tidak punya keinginan untuk itu. Memiliki keinginan seperti itu dapat memberi penekanan dalam menyelesaikan isu-isu penting. Semua bos butuh orang yang mengerti kapan suatu masalah membutuhkan perhatian penuh.

Problem-solving skills

Memadamkan api adalah bagian besar dari tugas seorang staf/manajer. Kompetensi tidak berarti seorang staf/manajer harus punya semua jawaban. Staf/manajer yang baik bersedia bekerja keras untuk mencari jawaban menikmati semua tantangan yang mendarat di meja mereka.

Solid communication skills

Memiliki kemampuan berkomunikasi efektif penting dalam semua tugas (terutama) manajerial. Staf/manajer IT berkomunikasi —dari Chief Executive sampai user internal dan klien eksternal. Keahlian komunikasi lisan maupun tertulis memberikan nilai lebih yang signifikan.

Strong follow-up skills

Sikap yang tidak mem-follow up semua komitmen ataupun isu mungkin adalah hal yang paling membuat frustasi dan membahayakan kredibilitas organisasi, lebih dari yang lainnya. Kemampuan melakukan follow up memperlihatkan komitmen dan pemahaman mengenai pelayanan terhadap klien.

Low maintenance

Setiap bos menginginkan staf yang mampu beroperasi sendirian dan menyelesaikan masalah tanpa menciptakan isu-isu pribadi atau kantor yang tidak diperlukan. Tidak ada bos yang mau ditempel terus oleh bawahannya untuk meminta bantuan dan double check tentang segala hal. Staf yang butuh pengarahan minimal dan mampu berurusan dengan isu-isu sambil tetap mempertahankan prosedur yang benar adalah aset bernilai tinggi.

(sumber TechRepublic)

HARGA DIRI

Harga diri menurut beberapa psikolog dapat diartikan dengan rumus matematika sederhana. Harga Diri = Total Keberhasilan / Total Keinginan. Jadi secara teoritis, harga diri dapat dinaikkan either dengan menaikkan atau meninggikan angka keberhasilan, atau dengan menurunkan atau merendahkan keinginan-keinginan.

Harga diri (lagi-lagi) menurut para psikolog, dapat dilihat dari dua aspek:
- Self-efficacy: merasa yakin akan kemampuan sendiri untuk berpikir dan bertindak
- Self-respect: merasa punya hak untuk hidup dan berbahagia
Punyakah anda kedua macam perasaan diatas? Salam. . .