Monday, January 16, 2006

Generasi Pertama Microsoft

Generasi Pertama Microsoft
Resensi buku "Microsoft First Generation: The Success Secrets of the Visionaries Who Launched a Technology Empire" yang disusun oleh Cheryl D Tsang.
Buku ini mencoba menyelami etos kerja individu-individu di Microsoft pada masa awal perkembangannya. Saat membaca cover-nya saya kira pembaca akan disuguhi cerita mengenai Bill Gates dan Paul Allen, co-founder Microsoft, atau Steve Ballmer, CEO Microsoft sekarang. Ternyata tidak. Justru sepertinya penyusun buku ini mencoba mengambil pilihan responden yang acak untuk memberi gambaran yang lebih merata.


Bob O'Rear adalah ahli matematika dan pernah menjabat Direktur Intercontinental Operation Microsoft. Scott Oki mungkin keturunan Jepang paling legendaris di Microsoft dan pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Microsoft International. Richard Brodie adalah pencerminan kejeniusan dalam hal pemrograman komputer, Chief Programmer di awal kejayaan MOUSE (ya benar, mouse yang kita pakai sekarang untuk bermain click&drag di layar komputer) dan Microsoft Office. Dave Neir adalah seorang financial controller yang kemudian menggantikan Bob O'Rear sebagai Direktur Intercontinental Operation. Mereka adalah figur-figur yang menonjol dalam buku ini. Tentu saja ada figur-figur lain yang juga menarik untuk disimak: Russell Borland (penulis`banyak buku panduan dari Microsoft Press), Neil Evans (mengelola teknologi dan sistem informasi di Microsoft), Ida Cole (mungkin perempuan pertama dengan jabatan paling tinggi di Microsoft), Min Yee (mantan wartawan yang mengelola Microsoft Press), Ron Harding (staf Min Yee di Microsoft Press), Paul Sribhibhadh (orang Thailand di rimba belantara Microsoft), Russell Steele serta Trish Dziko.

Ada kisah-kisah tentang bagaimana mereka sampai bersedia bergabung di Microsoft, bahkan ketika perusahaan ini baru punya 6 pegawai. Bob O'Rear, mantan pegawai NASA, tertarik karena ingin mencoba tantangan baru bekerja mengembangkan bahasa komputer mikro. Lokasi awalnya yang nyaman di Albuquerque, New Mexico, ataupun ketika pindah ke Seattle, Wahington, juga jadi salah satu alasan bagi mereka.

Scott Oki menekankan pada semangat entrepreneurial yang melandasi Microsoft serta opsi saham yang menarik sebagai alasan dia bergabung. Scott Oki hanya salah satu diantara sekian banyak eksekutif awal yang direkrut karena pengalaman mereka sebagai entrepreneur di perusahaan start-up. Ini tentu saja strategi yang tepat karena perusahaan yang baru berdiri hanya bisa berkembang pesat di tangan para entrepreneur. Scott Oki menggarisbawahi tingkat birokrasi yang minimum di masa awal Microsoft yang membuatnya dapat bergerak agresif, "Disini hanya ada satu orang yang membuat semua keputusan, Bill".

Scott Oki sendiri adalah contoh mengenai etos kerja di Microsoft. Jam kerja yang panjang, bahkan di akhir pekan maupun hari libur, diakuinya sebagai budaya Microsoft. Pekerjaan yang menguras energi serta frekuensi mobilitas yang tinggi memberi warna tersendiri pada kehidupan sosialnya. Gaya informal dalam berpakaian, dengan jins dan t-shirt, kadang kurang bisa diterima oleh mereka yang terbiasa tampil necis. Seringkali bahkan pekerjaan menjadi istri kedua yang menjadi penghancur kehidupan pribadi, keluarga maupun kesehatan. Min Yee merangkumnya dalam kata-katanya sendiri, "Ini semua tentang otak, kecepatan, dan dedikasi".

Tidak ada yang begitu tertarik dengan opsi saham yang diberikan ketika mereka bergabung di masa-masa awal. Namun setelah Microsoft berkembang demikian pesatnya, setelah saham Microsoft dijual di bursa, setelah Bill Gates menjadi multijutawan termuda di dunia, opsi saham itu berubah menjadi "borgol emas". Banyak yang bersaing untuk bertahan disana sekedar untuk menambah jatah saham mereka. Bahkan tekanan yang timbul membuat siapapun yang baru bergabung dan menjadi "underachiever" akan tersingkir hanya dalam hitungan rata-rata 18 bulan.

Buku ini juga menyinggung mengenai kesuksesan fenomenal Microsoft yang membawa elemen baru ke dalam perusahaan itu: birokrasi. Seluruh responden adalah karyawan Microsoft yang bergabung di masa-masa awal dan pensiun saat gelombang birokrasi mulai menguat di era 90-an.Bagi mereka, istilah "teamwork" menjadi sebuah konsep baru dan asing di Microsoft pada akhir era 80-an. Jika sebelumnya Bill Gates sangat banyak menerapkan sikap manajemen konfrontatif, maka manajemen setelahnya justru cenderung lebih menekankan pada kerjasama tim dan konsensus. Ini oleh sebagian disebut sebagai virus yang lambat laun mengurangi laju agresifitas Microsoft hingga saat ini.

Scott Oki menggambarkan gaya manajemen konfrontatif sebagai berikut: "Bersikap konfrontatif artinya mendebatkan isu-isu dan tidak sekedar mendiskusikannya, lalu memunculkan jawaban yang benar atas problem apapun yang coba dibereskan". Bahkan Scott memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai pengalaman ini ketika ia memimpin divisi domestik. Seseorang akan diminta mengambil satu sikap mengenai sebuah isu, sementara seseorang yang lain akan mengambil sikap yang berseberangan. Mereka lalu memperdebatkan masalah itu dalam suatu "Perdebatan Besar" di depan seluruh manajemen senior. Semua rekomendasi yang muncul akan dikuliti sampai habis, hingga muncul keputusan yang terbaik. Scott memberikan penutup, "Ini semua adalah bagian dari proses. Lewat perdebatan ini, semua orang belajar untuk menjadi pemikir yang baik". (diambil dari "Microsoft first generation: the success secrets of the visionaries who launched a technology empire" / Cheryl D Tsang)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home