Monday, August 07, 2006

Sekolah-sekolahku dan aku di sekolah-sekolah itu...

Sekolah-sekolahku dan aku di sekolah-sekolah itu...




Sekolah dasar. SDN 42 Bengkulu. Disini titik awal perkenalan saya dengan konsep sekolahan. Pertama kali dalam hidup harus pergi tiap hari pake seragam dan bawa buku karena saya langsung masuk SD alias tidak pernah mengenal TK. Awalnya termasuk anak-anak mediocre meskipun tidak termasuk yang dicap nakal. Pernah berkelahi karena hal-hal sepele. Mungkin sudah budaya disana untuk menyelesaikan pertengkaran dengan berkelahi di belakang sekolah atau di belakang rumah orang. Kalo belum berkelahi selalu ada yang terasa kurang di mata teman-teman. Hasil: 3 kali main, 1 kali kalah, 2 kali draw, tak pernah menang. Habis itu kapok. Sekolah ini letaknya di dekat kebun karet yang kemudian dirubah menjadi taman rekreasi. Jadi, selalu ada kesempatan untuk menikmati udara segar dan hijaunya pemandangan. Sebetulnya ini adalah kawasan perumahan belum lunas alias Perumnas. Rumah saya di ujung barat dan sekolahnya di ujung timur. Cuma 1 kilo dari rumah, jadi pulang pergi cukup jalan kaki. Pernah dimarahin ortu juga karena nonton film kungfu di rumah teman sampe sore. Kelas 5 SD mulai dapet rangking 1. Lulusnya juga nomor 1.


Sekolah menengah pertama. SMPN 2 Bengkulu. One of the best SMP in town. Waktu SD, ke sekolah cukup jalan kaki. Setelah SMP, harus naik angkot. Di kelas 1 jam masuknya digilir karena jumlah ruangan tak sebanding dengan jumlah siswanya: seminggu masuk pagi, seminggu masuk siang, dst. Sekolahnya dekat stadion sepakbola dan pusat kota. Wawasan mulai meluas karena dibandingkan sebelumnya, sekarang teman lebih banyak, lebih beragam dan lebih pintar-pintar. (maaf nih buat teman-teman di SD; bayangkan, teman di SD yang bisa masuk ke SMP ini cuma 1 orang). Dari rangking 1 di SD jadi rangking puluhan di SMP dari total teman sekelas yang hampir 200-an. Sejak SMP tidak pernah berkelahi lagi dan lebih dekat mengenal Islam (sholat tidak pernah lagi ketinggalan sampe sekarang, Alhamdulillah). Di kelas 1 ada guru yang sepertinya tidak mampu mengenali siswanya dengan baik (itu versi saya sih..). Akibatnya, semester 1-3 nilai Pendidikan Moral Pancasila saya selalu "cukup" alias angka 6, hehehe. Untung beliau cuma jadi guru PMP saya selama 3 semester itu saja. Bayangkan kalo 6 semester (???). Di semester terakhir, dia jadi guru PSPB dan untungnya saya dapet nilai 9 (waktu itu saya pikir mungkin dia mau mengkompensasi kesalahannya, hehehe). Mulai pake kacamata setelah masuk kelas 2. Mulai lebih rajin belajar meskipun tidak pernah bisa jadi rangking 1. Kenapa? Tanyain saja sama yang rangking 1. Tapi ujian akhir nilainya paling tinggi (ada yang bilang, paling tinggi se propinsi saat itu).


Sekolah menengah atas. SMAN 4 Bengkulu. One of the best in this province. Ortu sih nyuruh masuk SMAN 2. Tapi menurut saya, karena pernah di SD 42, lalu SMP 2, sekarang mestinya masuk SMA 4 biar adil sama angka-angka itu. 4 2-2-4 . (mudah-mudahan logikanya bisa dimengerti, hehehehehe; meskipun sekarang agak disesali). Karena sudah dikenal sebagai yang sedikit lebih beruntung secara akademis dibanding siswa lain (ehehemm..), urusan jadi lebih mudah. Sejak semester 1 nilai raport sudah diatur sebaik mungkin agar bisa ikut penjaringan calon mahasiswa tanpa tes dari berbagai PTN yang ada. Waktu itu matematika seharusnya dapet nilai 9 di raport, tapi karena gurunya ingin kelihatan ada peningkatan prestasi di raport saya, semester 1 cuma dikasih nilai 8, meskipun semester berikutnya selalu 9. (ini cuma contoh lho!!). Seperti di jenjang sekolah sebelumnya, saya bukan anak emas guru. Saya pendiam dan tidak pernah akrab dengan satu orang pun guru. Untung gurunya tidak ada yang aneh seperti di SMP. Spesialis rangking 3 selama 2 tahun berturut-turut. Kenapa? Tanyain gurunya donk, hehehehe. Gue mah cuek orangnye. Tapi tetap saja saya mendapatkan ruang untuk sangat bersyukur di akhir masa SMA ini. Ujian akhir tetap dapet nilai tertinggi (sejujurnya ini karena yang lain lebih suka bersiap ikut UMPTN) dan saya diterima kuliah tanpa tes. Yang satu di UI: fisika murni; satunya lagi di UGM: teknik elektro. Saya datang, Yogya!!


Selanjutnya, cerita my jogja experience, akan menyusul...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home