Tuesday, February 01, 2005

Tujuh level inovasi ...

Let’s talk about creativity and innovation! Sebagian dari tulisan ini disarikan dari buku I Can Cre8 karya seorang penulis Singapura. Pada intinya, kreatifitas dan inovasi itu dibentuk dan dipancing, bukan sekedar bakat turunan. Artinya, semua orang normal bisa kreatif dan inovatif (?) Silahkan tidak setuju ;-)
Seorang psikolog, JP Guilford, menyebutkan empat ciri orang yang kreatif:
- Fleksibilitas pikiran
Orang yang kreatif mengabaikan cara berpikir yang lama dan menerima cara baru dalam berpikir. Jika menurutnya suatu konsep atau metode itu telah usang dan tidak lagi layak untuk dipertahankan, dia akan serta merta meninggalkannya. Orang kreatif mau mendengar pendapat orang lain. Jika konsep baru itu dapat diterima atau klop dengan tatanan pikiran yang ia miliki, ia akan menerimanya dan tidak ragu untuk mengimplementasikannya. Fleksibilitas disini tentu saja tidak butuh bakat, melainkan hanya butuh kemampuan kita sebagai manusia untuk mengelola pikiran.
- Kepekaan akan masalah
Orang yang kreatif mampu menyimpulkan masalah dengan mengatasi kesalahpahaman, salah konsepsi, kurangnya fakta, dan halangan lain yang mengaburkan masalah sesungguhnya. Tiap manusia dewasa sebenarnya sudah berurusan dengan masalah kepekaan sejak kecil. Jika ia melihat ke sekeliling, tiap aspek dapat ditandai sebagai daerah gelap, terang, atau abu-abu. Tingkat intensitas yang ia terima tergantung pada asumsi-asumsi awal yang digunakan. Ketika ia berani mengganti atau membalik asumsi-asumsi awal tersebut, maka hal-hal yang semula tak terlihat menjadi lebih jelas. Keberanian disini tentu saja tidak membutuhkan bakat, namun hanya butuh ‘will’, kemauan.
- Orisinalitas
Orang yang kreatif mampu melebihi gagasan yang sudah diterima secara umum hingga mencapai gagasan baru yang secara statistik tidak biasa alias langka. Memang ini bagian yang sulit dari kreatifitas. Tapi orisinalitas pun sesungguhnya juga tidak butuh bakat. Yang dibutuhkan hanya kesabaran untuk memetakan proses dan mengkombinasikannya dengan resources yang tersedia. Kombinasi itu bisa jadi sangat rumit, namun ketika pengujiannya dilakukan secara telaten dan berkelanjutan akan ditemukan titik yang lebih dan semakin ideal. Perjalanan menuju titik ideal inilah yang membawa pada orisinalitas.
- Kefasihan akan gagasan
Orang yang kreatif mengemukakan banyak gagasan dan muncul dengan setumpuk solusi terhadap suatu masalah. Ini pun tidak gampang, tapi juga bukan mission impossible, Jack! Sama seperti jalan mencapai orisinalitas, kita mengkombinasikan proses dengan resources untuk membentuk gagasan-gagasan. Semakin banyak langkah proses dan resource yang dilibatkan, semakin banyak pula gagasan yang dihasilkan. Pengetahuan akan proses dapat ditingkatkan lewat belajar dan pengalaman, sedangkan pengetahuan akan resources dapat ditingkatkan dengan belajar dan pengalaman (pula)!
Inovasi adalah representasi dari kreatifitas. Sekarang mari kita pikirkan sebuah skema yang umumnya kita lakukan di hampir setiap aspek kehidupan (termasuk pekerjaan). Skema dimaksud terdiri atas tujuh tahapan yang berturut-turut dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, sesuai kecenderungan manusia untuk mencapai titik keseimbangan dan efisiensi.
Tujuh level inovasi : studi kasus Si Badu
I. Melakukan ini itu dengan benar
Si Badu baru saja bergabung ke perusahaan baru. Dia merasakan ketidakpastian terhadap budaya organisasi baru, rekan kerja baru, dan lain-lain. Dia akan banyak menuruti standar dan prosedur yang diberikan oleh rekan kerjanya atau bahkan staf hrd. Disini si Badu berada pada titik ketidakseimbangan yang ditandai dengan toleransi yang besar.
II. Melakukan ini itu yang benar
Setelah memahami lingkungan pekerjaannya dengan baik, dia akan menyusun prioritas dan mendahulukan pekerjaan-pekerjaan penting. Disini si Badu masih memberikan toleransi yang besar namun mulai berpikir kreatif dengan melakukan proiritization.
III. Berhenti melakukan ini itu
Dia mulai mempertimbangkan semua yang ia kerjakan. Dia akan berhenti mengerjakan hal yang tak berguna. Derajat toleransi si Badu telah berubah, namun posisinya terhadap proses tetap sama.
IV. Melakukan ini itu dengan lebih baik
Dia akan memperbaiki cara menjalankan pekerjaannya. Dia memperkecil derajat toleransi terhadap proses yang telah ada dengan melakukan perbaikan memanfaatkan kreatifitasnya.
V. Mengerjakan apa yang dikerjakan orang lain di lingkungan lain
Si Badu meninjau lingkungan organisasi yang lain. Dia akan meminjam gagasan lain yang lebih baik. Tahap ini dikenal sebagai "Benchmarking".
VI. Mengerjakan apa yang tidak dikerjakan orang lain di lingkungan manapun
Si Badu mulai mempertanyakan mengapa orang lain tidak mengerjakan ini itu dengan cara lain. Dia memulai eksperimen dan mencoba teknologi baru. Disini dia mengejar orisinalitas dan memperluas paradigmanya melampaui sekat lingkup kerja atau organisasi.
VII. Mengerjakan apa yang tidak mungkin
Si Badu mulai bermimpi tentang gagasan-gagasan baru yang "gila", "utopis", atau terkesan terlalu idealis. Dia telah berada di titik keseimbangan dan mulai berpikir untuk bergerak maju menuju titik ketidakseimbangan baru (siklus baru).
Inovasi adalah sebuah siklus, dan kreatifitas adalah unsur yang mempengaruhi siklus tersebut. (to be continued kapan-kapan…)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home